EN ID
News Updates 13 October 2016
Share: https://www.ptsmi.co.id/cfind/source/thumb/images/icon/cover_w20_h20_share-fb.png https://www.ptsmi.co.id/cfind/source/thumb/images/icon/cover_w20_h20_share-tw.png https://www.ptsmi.co.id/cfind/source/thumb/images/icon/cover_w20_h20_share-link.png

Hingga Oktober 2016, SMI Biayai Proyek Infrastruktur Rp 40 Triliun

Jakarta - Hingga Oktober 2016, PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) telah membukukan komitmen sebesar Rp 40 triliun untuk membiayai proyek infrastruktur. Sedangkan yang sudah terealisasi sebanyak Rp 27 triliun. Direktur PT SMI, Emma Sri Martini mengungkapkan, hingga saat ini, PT SMI banyak menyalurkan pembiayaan pada sektor jalan dan energi, termasuk untuk mendukung proyek-proyek strategis pemerintah. "Sampai sekarang komitmen SMI untuk pembiayaan infrastruktur yang ada di portofolio kita Rp 40 triliun. Project cost nya Rp 160 triliun as of to date. Yang terealisasi sudah Rp 27 triliun," ujar dia saat ditemui usai acara diskusi Indonesian Infrastructure oleh PWC Indonesia di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (11/10/2016). "Dari total spending sampai akhir tahun transportasi dan sektor energi yang paling dominan. Transportasi didominasi dengan jalan tol. Tol yang paling mature dari in terms of stakeholder dan lain-lainnya. BPJT kan dari dulu sudah terbiasa untuk tender-tender toll road. Kalau sektor lain di transportasi masih develop, terkait standarisasi konsesinya," tambahnya. Emmi mengungkapkan, pihaknya akan menambah pembiayaan proyek infrastruktur ke depannya, seiring dengan semakin banyaknya pembangunan infrastruktur yang dikebut oleh pemerintah. Menurutnya, kenaikannya biasanya terjadi sekitar 25-30% dari total penyaluran tahun ini. "Jadi rata-rata compounded (bertambah). Kalau sekarang base nya sudah lumayan tinggi, growth-nya bisa 25-30% dari total outstanding dan komitmen per tahun ini," ujar dia. Menurutnya, pembiayaan dalam sektor transportasi dan energi masih menjadi sektor pembiayaan dengan pengembalian yang paling menguntungkan. Namun demikian, hal tersebut juga jarang ditemukan kesepakatan pembiayaan. "Kalau bicara return, kan high risk high return. Kalau dari project financing banyaknya datang dari sektor energi. Tapi juga langka deal-nya. Ada yang besar tapi once in a while. Jadi portofolio kita mau nggak mau harus dibaur. Tapi yang paling banyak pembiayaannya masih dari transportasi dan energi yang top to priority sector," tandasnya.   Source
Back to News

Other News Updates