Pemerintah opimistis pembangunan Bandara Kertajati, Majalengka Jawa Barat berjalan sesuai rencana dan bakal dioperasikan pada tahun 2018. Sampai dengan pertengahan Mei 2017, pengerjaan prasarana tersebut secara keseluruhan sudah mencapai 42%.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dan Gubernur Provinsi Jawa Barat Ahmad Heryawan di sela acara seremoni topping off atap Bandara Kertajati, Minggu (21/5).
Budi Karya menyatakan, Bandara Kertajati merupakan bandara internasional besar yang akan mempunyai kualitas teknis dan pelayanan yang baik saat nantinya beroperasi. Prasarana ini, menurutnya, bisa meningkatkan ekonomi masyarakat Jawa Barat maupun nasional.
"Kami harapkan 2018 ini selesai dan bisa dioperasikan. Ini adalah suatu bandara yang signifikan dengan suatu kualitas yang baik. Harapannya semua yang umrah dari Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian timur ke sini, mungkin lebih dari 1,5 juta yang umrah. Melalui bandara ini memang akan ada penerbangan internasional yang baik," jelas Budi.
Budi menyebutkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga mendapatkan tanggung jawab untuk membangun sisi udara Kertajati. Tahun ini Jelas dia, pihaknya akan menuntaskan landasan sepanjang 2.600 meter, kemudian akan diperpanjang menjadi 3.000 m pada 2018.
"Gubernur sudah mulai bebaskan tanah untuk runway. Tahun ini kami berkomitmen tuntaskan sisi udara dam tahun depan akan diperpanjang menjadi 3.000 meter.
Ini satu-satuya bandara kerja sama antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat," ungkap Budi.
Selain itu, guna memastikan pembangunan bandara ini, Budi menyatakan, pihaknya gencar mengundang sejumlah calon investor untuk turut berpartisipasi dalam proyek ini. Menurutnya, ada dua calon investor yang menyatakan minat dan siap berinvestasi ke Kertajati, yaitu BPJS Ketenagakerjaan dan PT Angkasa Pura (AP) II.
Secara keseluruhan, jelas Budi, pembangunan bandara terbilang cepat. Karena itu, dia mendorong pengelola dan kontraktor untuk terus bergerak membangun dengan cepat tanpa meninggalkan kaidah keselamatan dan ketepatan kerja.
"Dunia aviasi adalah high profile yang menuntut safety tinggi. Karenanya, pembangunan harus dilakukan dengan perfect, jangan ada celah, jangan ada kemungkinan masalah security dan safety. Sedikit masalah bisa menjadi berita yang kurang baik," papar dia.
Dia menyebutkan, bandara ini dan Pelabuhan Patimban Subang akan menjadi ikon Provinsi Jawa Barat. Kedua prasarana itu, jelas Budi, bisa mendorong perekonomian masyarakat Jawa Barat khususnya di bagian utara dan timur provinsi tersebut.
"Kolaborasi dengan Patimban akan membuat fungsi keekonomian daripada Kertajati menjadi baik sekali sehingga ekspor barang-barang yang berat menggunakan Patimban dan yang ringan di Kertajati," ungkap Budi.
Lahan Runway
Di tempat yang sama, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyebutkan, pihaknya memang sudah menyiapkan lahan untuk perpanjangan runway sampai dengan 3.000 m. Menurutnya, hal itu untuk mendatangkan pesawat jumbo sekelas Airbus A380 dan Boeing B747 ke Kertajati.
Lebih lanjut, Ahmad menyebutkan, bandara ini masih memerlukan akses tol dari jalan tol Cikampek-Palimanan (Cipali). Meski sudah tersedia gerbang tol Kertajati saat ini, gerbang tol itu belum mengakses langsung bandara dan harus melewati jalan non tol sehingga dikhawatirkan bisa menganggu kelancaran lalu lintas ke Kertajati. Selain itu, dari arah Bandung juga diperlukan adanya jalan tol Cisumdawu untuk menuju Kertajati. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengharapkan pula ada jalur kereta api ke dan dari Kertajati.
"Jalan tol Cipali ke bandara juga harus ada. Ini harus ada jaminan kelancaran. Tiga kilometer dari Cipali ke bandara diperlukan mutlak jalan tol. Itu sudah dalam rapat terbatas (ratas) diambil kesepakatan. Jalan tol Bandung Raya juga perlu yaitu Cisumdawu. Mudah-mudahan tidak terlalu lama jadinya tol itu. Jangan ada jeda lama. Tahun 2019 tol selesai, 2018 bandara," jelas Ahmad.
Dia menambahkan, Jawa Barat butuh bandara sebesar Kertajati mengingat penduduknya yang berjumlah 47 juta jiwa.
Saat ini, bandara yang melayani provinsi tersebut, baik domestik dan internasional, hanyalah Bandara Husein Sastranegara. Tetapi, jelas Aher, bandara itu sudah sangat sulit untuk dikembangkan.
"Husein itu untuk ukuran internasional sudah sangat sulit ditambah di sana. Kalau untuk mengakses Bandara Soekarno Hatta kan macet bisa 15 jam dari Ciamis, Pangandaran, Banjar, Tasik. Ketika ini selesai, Priangan timur lebih dekat dan utara juga karena letaknya di utara. Bandara ini penyelesaian berbagai kepentingan," ucap dia.